Menari dan Bermusik di Negeri Orang
Hari yang dinantikan pun tiba. Kamis, 04 Januari 2018, pukul 04.00 pagi seluruh tim penampil Horas Japan sudah berkumpul di gerbang ITB untuk bersiap berangkat ke Jakarta untuk penerbangan ke Jepang. Rute penerbangan yang ditempuh adalah Jakarta-Denpasar-Narita. Perjalanan ditempuh hampir satu hari akibat transit yang cukup lama di Bandara Ngurah Rai, Bali.
Tim Penampil tiba di Jepang pukul 07 pagi waktu setempat. Tim Penampil terdiri dari Daniel Pranata Sembiring (MRI 2014), Reinata Nainggolan (TI 2014), Yosua Kristian Sinaga (GL 2014), Devi Florenci (GD 2014), Ucok Samuel Hutapea (GD 2014), Dora Simbolon (TI 2014), Jefri Lumban Gaol (MG 2015), Tio Angie Samosir (MRI 2015), Malida Girsang (TL 2015), Mien Purba (PG 2016), Venry Silaban (GD 2016), Silverius (GD 2016), Nico Samosir (KL 2016), Intan Purba (BI 2016), dan Alsandi Tarigan (EL 2016).
Sesampainya di Jepang, tim Horas Japan segera bergabung dengan tim penampil lainnya, bersiap untuk melalukan latihan bersama perdana. Esok harinya, tanggal 06 Januari 2018, tim Horas Japan kembali melakukan Geladi Bersih bersama seluruh tim penampil dari PPI Ibaraki, IRARI, dan kebudayaan Jepang. Geladi bersih dilangsungkan di Nova Hall tempat berlangsungnya Malam Cinta Indonesia.
Pukul 16.30 JST, Nova Hall mulai dipenuhi oleh penonton yang datang dari berbagai daerah di Ibaraki dan sekitarnya. Berdasarkan data yang dimiliki panitia, jumlah penonton yang datang mencapai 600 orang. Penonton yang menghadiri MCI bukan saja orang Jepang, melainkan orang asing yang berada di Ibaraki. Pukul 17.00 JST, acara MCI 2017 dimulai dengan pembukaan oleh MC dan penampilan dari Ikatan Raka Raki Jawa Timur yang membawakan medley lagu daerah Jawa Timur. Penampilan dilanjutkan dengan drama musikal dari tim PPI Ibaraki yang membawakan cerita rakyat Indonesia, Bawang Merah dan Bawang Putih.
Tiba saatnya penampilan dari tim Horas Japan yang membawakan penampilan pertama. Penampilan pertama dari tim Horas Japan adalah Tari Kreasi 7 Etnis Sumatera Utara. Pada penampilan ini setiap pasang penari menggunakan baju daerah sesuai etnis yang dibawakannya, adapun ketujuh etnis tersebut adalah Batak Mandailing, Karo, Simalungun, Toba, dan Pak-Pak; Nias; dan Melayu. Setiap tarian etnis diiring dengan musik dan nyanyian yang dimainkan dan direkam oleh tim Horas Japan. Penampilan ini menunjukkan keberagaman etnis, budaya, dan kesenian yang ada di Sumatera Utara dan keberagaman itu berhasil di harmonisasikan menjadi sebuah karya yang menarik dan indah.
Tidak kalah dengan penampilan sebelumnya, pada penampilan kedua tim Horas Japan memainkan langsung musik Batak yang dibawa dari Indonesia. Tim Horas Japan menampilkan Uning-uningan Partahuak ni Manuk, sebuah penampilan musik dari etnis Batak Toba. Uning-uningan ini juga di-medley dengan lagu-lagu daerah Batak Toba. Adapun alat musik yang dimainkan adalah taganing, garantung, hasapi, ogung, sulim, sarune, dan hesek. Terdapat bagian dimana masing-masing alat musik mendapatkan bagian solo, sehingga penonton dapat mendengar secara langsung bunyi dan keunikan dari masing-masing alat musik. Tidak selesai sampai disitu, penampilan dilanjutkan dengan tarian kreasi Tor-tor Dampol Siburuk. Tor-tor ini berasal dari salah satu cerita rakyat daerah Toba. Adapun kisah yang ada di balik tarian ini adalah perjuangan induk burung yang menjaga dan mengurus anaknya yang luka sehingga pada akhirnya dapat terbang dan bermain kembali. Kostum tarian ini disesuaikan dengan menggunakan ulos sebagai sayap burung setiap penari.
Kedua penampilan ini sangat diapresiasi oleh seluruh penonton yang berasal dari berbagai kalangan. Terbersit kebanggaan karena tim Horas Japan dari UKSU-ITB berhasil membawakan dan mengenalkan kesenian dari Sumatera Utara, menari dan bermusik, ke negeri orang.