Malu terhadap Budaya Sendiri?

Malu terhadap Budaya Sendiri?

oleh:
Kristofel Sinaga (UKSU 2014)

Sebagai Warga Negara Indonesia kita patut berbangga hati memiliki beragam kebudayaan yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Indonesia merupakan negara dengan jumlah Bahasa terbanyak kedua di dunia(742 bahasa), dengan posisi pertama ditempati oleh Papua Nugini. Selain itu, Sensus BPS 2010 menyebutkan ada 300 kelompok etnis dan 1.340 suku bangsa di Indonesia. Salah satunya adalah suku Batak, yang terletak di Sumatera Utara.

Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa Indonesia yang terletak di Sumatera Utara. Nama Batak digunakan untuk mengindentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari kawasan Tapanuli dan Sumatera Timur. Suku bangsa yang dikategorikan ke dalam suku Batak yaitu Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan Batak Mandailing.

Bahasa
Sangat ironis memang karena kebanyakan generasi muda sekarang lebih senang jika mempelajari bahasa asing daripada mempelajari bahasa daerahnya sendiri. Memang baik jika sejak muda kita sudah diajarkan untuk belajar bahasa asing, tetapi alangkah baiknya jika kita juga diajarkan bahasa daerah masing-masing.

Apakah kita masih bicara dalam Bahasa daerah(Batak) dengan keluarga dan teman kita? Sangat disayangkan banyak di antara kita yang tidak pernah dan bahkan malu berbicara dalam bahasa daerah. Bila berbicara dalam bahasa Indonesia, apalagi kalau menyisipkan bahasa asing kesannya keren dan menjadi anak gaul. Sebaliknya, jika bicara dalam bahasa daerah dianggap kampungan. Padahal menggunakan bahasa daerah dalam pergaulan dapat mempererat tali persaudaraan, melestarikan budaya, dan menjaga agar bahasa daerah tidak punah, dan tentunya menggunakan bahasa daerah berarti kita menjungjung tinggi budaya kita masing-masing.

Kesenian
Apakah generasi muda sekarang masih sadar akan kekayaan budaya yang dimilikinya? Diantara unsur kebudayaan yang dimiliki  suku Batak adalah kesenian. Tari Tor-tor merupakan kesenian yang dimiliki suku Batak. Sementara alat musik tradisionalnya adalah Gong dan Saga-saga. Adapun warisan kebudayaan berbentuk kain adalah kain ulos. Kain hasil kerajinan tenun suku batak ini selalu ditampilkan dalam upacara perkawinan, mendirikan rumah, menyambut tamu, dan belakangan ini sudah digunakan dalam dunia fashion modern.

Perjodohan
Sebagai generasi muda, banyak diantara kita yang takut akan kebudayaan perjodohan di suku Batak. Budaya perjodohan ini sangat ditekankan oleh orang tua kepada anaknya. Kebanyakan orang tua akan menyarankan anaknya untuk mencari jodoh sesama suku batak. Lebih ekstrimnya lagi, seperti contoh suku Batak Toba harus berjodoh dengan suku Batak Toba. Keputusan ini tentu memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Terlepas dari hal itu, adat pernikahan suku Batak merupakan suatu peristiwa yang besar yang melibatkan banyak unsur kebudayaan, seperti bahasa, tarian, pakaian adat, dsb.

Pernikahan adat batak akan mempersatukan banyak pihak, karena pernikahan adat Batak tidak akan terjadi tanpa kehadiran hulahula, boru, dongan tubu serta dongan sahuta(teman sekampung) sebagai saksi pelaksanaan adat yang berlaku. Pernikahan adat Batak merupakan salah satu tolok ukur kesuksesan orang tua dalam adat. Orang tua akan melakukan segalanya agar acara Pernikahan adat Batak anaknya dapat berjalan dengan baik. Pernikahan adat Batak juga dimanfaatkan sebagai sarana berkumpul keluarga besar dari berbagai penjuru tempat perantauannya masing-masing dan sebagai sarana untuk belajar kebudayaan batak.

Aksara
Banyak orang mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk belajar Aksara Kanji dari Jepang, Aksara Hanja dari Korea, dan Aksara Han dari Mandarin. Tentu mengetahui aksara asing merupakan salah satu kebanggaan tersendiri bagi kita. Tetapi, sebagai generasi muda, apakah kita tahu bahwa suku Batak mempunyai aksaranya sendiri?

Satu hal yang mungkin generasi muda Batak sudah tidak mengenal dan yang lebih buruknya malu untuk mempelajari adalah “Surat Batak”. Pada zaman dahulu, Surat Batak digunakan untuk menulis naskah-naskah Batak pada kulit kayu yang dilipat seperti akordeon. Naskah tersebut disebut pustaha.

Jadi, sudah saatnya kita sebagai generasi muda Batak menumbuhkan rasa ingin tahu dan suka terhadap kebudayaan daerah kita dan tidak pernah bosan terhadap kebudayaan tersebut. Dan kita juga ada kemauan dan niat dari diri sendiri untuk belajar bahasa daerah, kebudayaan daerah, dan bangga terhadap bahasa dan kebudayaan tersebut, seperti kita bangga bisa berbahasa asing.

 

Sumber Data:
http://nationalgeographic.co.id
http://indonesia.go.id